Artikel Detail

India Kaji Penghapusan Pajak Windfall pada Minyak Mentah

Kementerian Keuangan India saat ini sedang mempertimbangkan opsi untuk menghapus pajak "windfall" yang selama ini dikenakan pada produksi minyak mentah domestik. Kebijakan pajak ini mungkin tidak lagi relevan mengingat kondisi pasar minyak global yang sudah mengalami penurunan harga secara signifikan. Harga minyak mentah internasional kini jauh lebih rendah dibandingkan situasi pada tahun 2022 ketika pajak ini pertama kali diperkenalkan.

Pemerintah India mulai menerapkan pajak windfall atas produksi minyak domestik pada bulan Juli 2022. Kebijakan ini muncul sebagai respons terhadap lonjakan harga minyak yang terjadi akibat konflik Rusia-Ukraina yang mengguncang pasar energi global. Pada saat itu, Pemerintah India menilai bahwa perusahaan minyak domestik memperoleh keuntungan besar dari kenaikan harga tersebut, sehingga memutuskan untuk mengenakan pajak tambahan, tidak hanya pada produksi minyak mentah dalam negeri, tetapi juga pada ekspor bahan bakar, termasuk bensin, solar, dan bahan bakar untuk penerbangan.

Namun, dengan harga minyak mentah yang kini telah mengalami penurunan drastis, efektivitas dari pajak ini mulai dipertanyakan. Harga minyak mentah Brent, yang sempat menyentuh lebih dari 92 dolar AS per barel pada bulan April lalu, saat ini telah turun ke bawah 75 dolar AS per barel, atau sekitar Rp 1,2 juta. Penurunan harga ini telah mendorong pemerintah India untuk secara bertahap menyesuaikan tarif pajak windfall tersebut agar lebih sejalan dengan kondisi pasar.

Sebagai contoh, pada akhir Agustus lalu, Pemerintah India kembali mengurangi tarif pajak windfall atas minyak mentah domestik dari 2.100 rupee per ton menjadi 1.850 rupee per ton, atau setara dengan penurunan dari sekitar Rp 400 ribu ke sekitar Rp 352 ribu per ton. Langkah ini adalah bagian dari penyesuaian bertahap yang sudah dilakukan beberapa kali selama tahun ini.

Jika nantinya pajak ini dihapus sepenuhnya, sejumlah perusahaan minyak besar seperti Reliance Industries dan Oil and Natural Gas Corporation (ONGC) akan memperoleh keuntungan yang signifikan. Kedua perusahaan minyak raksasa ini bahkan baru saja mengumumkan kemitraan dengan perusahaan energi asal Inggris, BP, dalam mengajukan penawaran untuk lisensi eksplorasi di kawasan cekungan Saurashtra, lepas pantai barat India.

Kerjasama ini mendapat perhatian publik, mengingat terjadi di tengah situasi ekonomi global yang terus berubah dengan cepat. Ini juga menarik karena kemitraan tersebut terjadi hampir satu dekade setelah ONGC menuduh Reliance melakukan pengambilan gas secara tidak sah dari ladang gas di Cekungan KG Basin, yang kala itu masih belum dikembangkan sepenuhnya.

Potensi penghapusan pajak windfall ini juga dianggap dapat menjadi dorongan positif bagi kedua perusahaan, terutama di tengah persaingan yang semakin ketat dalam industri minyak di India. Selain itu, kebijakan ini diharapkan akan memperkuat sinergi antara para pemain besar di sektor energi India, yang kini semakin kompetitif dalam menghadapi tantangan di pasar global.